Banyak orang masih menganggap bahwa PMS adalah sinonim dari menstruasi. Padahal keduanya merupakan hal yang berbeda.
Jika ada teman wanita kita yang mengalami mood swings, mengeluh pegal dan kram perut, serta nafsu makan meningkat, kita kadang spontan bertanya, “Lagi PMS, ya?”
Tebakan itu tidak sepenuhnya salah karena gejala-gejala tadi memang contoh gejala PMS. Tapi, kadang yang dimaksud si penanya adalah menstruasi dan bukan PMS-nya.
Tidak hanya laki-laki, terkadang wanita yang sedang menstruasi pun menyebut dirinya mengalami PMS alih-alih bilang bahwa dirinya sedang haid.
Nah, agar tidak salah sambung, pada artikel ini akan dijelaskan apa sebenarnya PMS dan menstruasi itu, serta informasi lebih detail tentang PMS dan cara mengatasinya.
Hingga kini, belum ada hasil penelitian yang pasti mengenai apa penyebab PMS sesungguhnya, pun penjelasan tentang perbedaan tingkat keparahan gejala yang berbeda pada tiap wanita.
Namun, para peneliti punya beberapa teori terkait penyebab munculnya PMS.
1. Perubahan Kadar Hormon
Salah satu teori yang dipercaya oleh peneliti sebagai penyebab PMS yaitu adanya perubahan kadar hormon progesteron dan estrogen yang drastis dalam tubuh wanita.
Kadar kedua hormon ini terus berubah-ubah secara fluktuatif sepanjang siklus bulanan reproduksi wanita.
Jumlah hormon-hormon tersebut mencapai puncaknya di fase luteal dan menurun drastis dalam waktu singkat menjelang fase menstruasi.
Perubahan kadar hormon yang drastis inilah yang bisa menimbulkan rasa cemas, mudah emosi, dan berbagai masalah perubahan suasana hati lainnya.
2. Perubahan Kimia di Otak
Tidak hanya hormon, perubahan senyawa kimia pada otak juga mampu memengaruhi suasana hati dan emosi wanita menjelang fase menstruasi.
Sebagai contoh, penurunan kadar hormon estrogen, terutama dalam waktu singkat, bisa memicu pelepasan senyawa norepinefrin. Hal ini menyebabkan produksi dopamin, asetilkolin, dan serotonin juga ikut menurun.
Perubahan ini bisa menyebabkan seorang wanita mengalami gangguan tidur, suasana hatinya menjadi buruk, atau bahkan merasa depresi.
3. Gaya Hidup Buruk
Berikut ini adalah beberapa contoh gaya hidup yang bisa memperburuk gejala PMS.
- perokok aktif
- mengonsumsi minuman beralkohol
- sering mengonsumsi makanan dengan kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi
- asupan makanan berlebihan dari yang dibutuhkan
- jarang atau tidak pernah melakukan aktivitas fisik secara rutin, seperti jalan kaki, lari, senam, dan semacamnya
- kualitas tidur buruk atau kurang tidur
4. Mengalami Gangguan Kesehatan Mental
Seorang wanita yang memiliki gangguan mental, seperti gangguan kecemasan atau depresi, lebih berisiko mengalami PMS atau bahkan PMDD (Pre Menstrual Dysphoric Disorder), yaitu PMS dengan gejala yang lebih parah.
Jika ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat PMS atau gangguan mental (depresi, baby blues, gangguan bipolar, dan lain-lain), risiko wanita tersebut mengalami PMS juga makin tinggi.
Belum ada penjelasan konklusif terkait hubungan antara perubahan suasana hati dan gejala gangguan mental yang dimiliki seorang wanita dengan PMS maupun menstruasi.
Namun, sebagian besar peneliti percaya bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan perubahan senyawa kimia pada otak, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Baca Juga: 5 Tipe Produk Menstruasi yang Wajib Cewek-Cewek Tau! Mana yang Lebih Cocok untuk Kamu?