Kementerian Kesehatan RI mencatat adanya peningkatan kasus sifilis atau raja singa di Indonesia selama lima tahun terakhir, termasuk infeksi pada anak. Peningkatan tersebut melampaui 50 persen.
“Dalam rentang waktu dari 2018 hingga tahun 2022 lalu, terjadi peningkatan kasus hampir 70 persen, dari 18 ribu kasus menjadi 21 ribu kasus saat ini,” jelas juru Mohammad Syahril sebagai Kemenkes RI memberikan pernyataan dalam konferensi pers pada Senin (8/5/2023)
Syahril menyebut bahwa kasus sifilis pada anak tidak jauh berbeda dengan HIV, dimana sebagian besar penularannya terjadi dari ibu mereka. Hal ini disebabkan kurangnya tes atau skrining sifilis pada ibu hamil.
Dari total 5 juta kehamilan, hanya sekitar 25 persen yang melalui proses skrining sifilis. Sementara itu, hanya 41 persen ibu hamil yang menerima pengobatan.
Apa itu Sifilis ?
Sifilis, juga dikenal sebagai penyakit raja singa, adalah jenis infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini awalnya ditandai oleh lesi yang tidak menyebabkan rasa sakit, biasanya muncul di area genital, rektum, atau mulut. Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, otak, organ lainnya, bahkan mengancam nyawa.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum ini merupakan akibat dari perilaku seksual berisiko, seperti seks oral dan seks anal, serta kurangnya kesadaran untuk melakukan skrining sifilis.
“Ini semua terkait dengan penularan seksual, selain dari penularan melalui transfusi darah atau jarum suntik, tentunya perilaku seksual berisiko merupakan faktor terbesar. Oleh karena itu, Kemenkes mengimbau kepada mereka yang sudah menikah untuk menghindari perilaku seks berisiko,” jelasnya.
“Bagi mereka yang belum menikah, disarankan untuk menggunakan alat pengaman (pelindung) guna menghindari risiko terhadap kesehatan,” pesan dr. Syahril.
Penularan Sifilis
Penyakit ini juga dapat ditularkan kepada anak saat masih dalam kandungan maupun setelah lahir. Penularan dapat terjadi melalui plasenta dan aliran darah saat anak masih dalam kandungan, serta dapat ditularkan melalui ASI dari ibu.
Penularan sifilis umumnya terjadi melalui aktivitas seksual dengan individu yang terinfeksi penyakit tersebut. Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui kontak fisik dengan luka yang ada pada tubuh penderita, serta dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat persalinan.
Selain gejala-gejala yang dapat muncul, Syahril juga menekankan bahwa sifilis dapat memiliki dampak fatal, terutama pada anak-anak. “Selain berisiko meninggal, anak juga bisa terinfeksi sifilis sepanjang hidupnya,” ujar dr. Syahril.
Bayi yang terinfeksi sifilis saat masih dalam kandungan berisiko mengalami kematian saat dilahirkan atau mengalami cacat. Mereka juga akan mengalami luka dan rasa gatal di sekitar organ kelamin yang serupa dengan yang dialami oleh orang dewasa.
Sifilis juga memiliki pengaruh untuk mengganggu fungsi organ tubuh lainnya, termasuk jantung, otak, hati, serta sistem pembuluh darah.
Sifilis Ditularkan oleh Ibu Hamil
Sifilis kongenital yang ditularkan dari ibu hamil kepada anak dapat menyebabkan komplikasi serius, di antaranya:
- Dampak sifilis pada tulang dapat menyebabkan kelainan bentuk, seperti penipisan tulang rawan pada batang hidung yang mengakibatkan kesan rata, serta peradangan yang menyebabkan dahi menonjol.
- Kelainan bentuk gigi.
- Anemia berat.
- Pertumbuhan tulang yang tidak normal.
- Mengalami meningitis.
- Gangguan saraf, seperti kebutaan atau tuli.
Langkah untuk Dilakukan
Berkaitan dengan hal tersebut, dr. Syahril mengajak masyarakat Indonesia untuk menghindari aktivitas seksual berisiko dan tidak ragu untuk melakukan tes HIV dan sifilis di fasilitas pelayanan kesehatan. Selain itu, penting untuk diketahui bahwa tes HIV di puskesmas tidak dikenakan biaya alias gratis.
“Oleh karena itu, kami mendorong pasangan yang telah menikah untuk tetap mempertahankan kesetiaan satu sama lain agar dapat menghindari terlibat dalam hubungan seksual yang berisiko. Bagi mereka yang belum menikah, diharapkan menggunakan alat pengaman untuk menghindari risiko kesehatan,” pesan dr. Syahril.
****
Penulis : Agung Beni Wijaya
Comments 1