Singapura menghadapi situasi darurat dalam hal kasus bunuh diri. Angka bunuh diri di negara ini mencapai rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir, dengan tiga pemicu utama yang teridentifikasi, yaitu masalah finansial, masalah medis, dan masalah mental.
Dr. Jared Ng, seorang konsultan senior dan direktur medis di Connections MindHealth, menggambarkan tren ini sebagai sesuatu yang sangat mengkhawatirkan. Pemerintah setempat mendesak untuk membuat kebijakan baru guna mengatasi tingginya kasus bunuh diri.
Jared mengatakan bahwa peningkatan ini mencerminkan tekanan mental yang tidak terlihat yang merasuki masyarakat kita, terutama di kalangan kaum muda dan orang tua seperti yang dikutip dari detik health.
Oleh karena itu, menjaga kewaspadaan terhadap masalah yang mendesak dan berdampak signifikan pada kesehatan mental, seperti isolasi sosial dan kesepian, sangatlah krusial.
Data Bunuh Diri di Singapura
Data dari Samaritans of Singapore pada 1 Juli 2023 mengungkapkan hal-hal berikut:
- Pada tahun 2018, terdapat 397 kasus bunuh diri.
- Pada tahun 2019, terdapat 400 kasus bunuh diri.
- Pada tahun 2020, terdapat 452 kasus bunuh diri.
- Pada tahun 2021, terdapat 378 kasus bunuh diri.
- Pada tahun 2022, terdapat 476 kasus bunuh diri.
Jika dilihat berdasarkan persentase kelompok usia, terlihat perbedaan signifikan pada laporan bunuh diri di kelompok usia 20-29 tahun.
Pada tahun 2022, lebih dari 80 kasus bunuh diri dilaporkan pada kelompok usia tersebut, yang merupakan jumlah tertinggi, diikuti oleh kelompok usia 30-39 tahun, dan tren peningkatan juga terlihat pada kelompok usia lanjut, yaitu 50-69 tahun.
Kasus bunuh diri pada kelompok usia remaja dan lansia terus meningkat. Selama empat tahun berturut-turut, bunuh diri menjadi penyebab kematian utama pada remaja usia 10 hingga 29 tahun, dengan sekitar sepertiga dari semua kematian pada kelompok usia ini adalah bunuh diri.
Pada tahun 2022, terdapat lonjakan sebesar 60 persen dalam kasus bunuh diri pada kelompok usia 70 hingga 79 tahun dibandingkan tahun 2021.
Penyebab Bunuh Diri
Samaritans of Singapore (SOS) mengaitkan tiga masalah utama yang dihadapi oleh lansia dengan kesepian, masalah keluarga, dan masalah medis. Mereka juga mencatat bahwa secara global, jumlah kematian bunuh diri pada pria secara konsisten lebih tinggi daripada pada wanita, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekspektasi masyarakat dan stigma terhadap kesehatan mental.
Peningkatan angka bunuh diri yang belum pernah terjadi sebelumnya di Singapura sangat mengkhawatirkan menurut Dr. Jared Ng, yang menyadari adanya tekanan mental yang tak terlihat yang merasuki masyarakat, terutama pada kaum muda dan orang tua.
Dia menekankan pentingnya kesadaran terhadap masalah mendesak yang signifikan terhadap kesehatan mental, seperti isolasi sosial dan kesepian. Dia juga menyebut bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menggandakan upaya dalam bidang deteksi dini dan secara aktif mendorong budaya mencari bantuan dan saling menjaga.
Samaritans of Singapore (SOS), sebuah pusat pencegahan bunuh diri nirlaba, mencatat peningkatan sebesar 27 persen dalam penggunaan hotline 24 jam dan layanan CareText tahun lalu.
Tindakan yang Dilakukan
Mereka menekankan perlunya Singapura terus meningkatkan akses terhadap dukungan kesehatan mental dan memberikan pengetahuan serta keterampilan kepada responden pertama untuk mengidentifikasi orang-orang yang berisiko dan menghubungkan mereka dengan dukungan yang tepat.
CEO SOS, Gasper Tan, mengakui urgensi situasi ini dan berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam mengatasi peningkatan angka bunuh diri serta memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkannya.
Dia menyatakan bahwa bunuh diri dapat dicegah dan menjelaskan bahwa misi SOS adalah untuk menjadi penyelamat bagi siapa pun yang mengalami krisis, dengan membangun ekosistem perawatan dimana setiap individu merasa dihargai, didukung, dan diberdayakan untuk mencari bantuan saat dibutuhkan.
Dr. Ong Say How, seorang konsultan senior dan kepala Departemen Psikiatri Perkembangan di Institut Kesehatan Mental, mengungkapkan bahwa orang tua, pendidik, profesional kesehatan, dan pekerja komunitas perlu bekerja sama dalam membentuk jaring pengaman untuk mencegah tragedi semacam itu.
Dia menekankan pentingnya upaya meningkatkan literasi kesehatan mental, seperti mengenali tanda-tanda peringatan tekanan dan pentingnya perawatan diri, serta mengajarkan keterampilan dukungan sebaya. Semua pihak harus memprioritaskan kebutuhan ini agar tidak ada individu yang terlewatkan.***
Baca Juga:
- Inilah Gangguan Mental Remaja hingga Nekat Melakukan Tindakan Bunuh Diri?
- Kronologi Kajari Madiun Positif Narkoba Usai Jalani Tes Urine dan Cek Sampel Rambut
- Apa Itu Depresi? Kenali Jenis dan Gejalanya
Penulis: Niqi Carrera
Referensi:
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6800611/3-alasan-kasus-bunuh-diri-singapura-mendadak-rekor-tertinggi-dalam-20-tahun
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6800492/singapura-darurat-kasus-bunuh-diri-rekor-tertinggi-dalam-20-tahun/2