Fajri, seorang pria dengan berat badan mencapai 300 kilogram, telah terbaring di kasurnya selama delapan bulan karena kesulitan bergerak.
Hal tersebut disampaikan oleh Taty Damayanti, Direktur Utama RSUD Kota Tangerang. Menurut Taty Damayanti, Fajri hanya dapat berbaring di atas kasur karena tubuhnya semakin besar akibat obesitas.
Akibat lamanya ia berbaring, tim dokter RSUD Kota Tangerang menemukan adanya infeksi pada tubuh Fajri. Diduga bahwa obesitas yang dialami oleh Fajri disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.
Kasus Obesitas di Indonesia
Kasus obesitas bukan hal yang pertama yang terjadi Indonesia. Tidak hanya hanya pria dewasa, namun anak-anak atau balita juga rentan terhadap obesitas.
Sebelumnya, obesitas anak juga terjadi, menimpa Muhammad Kenzie Alfaro, seorang bayi berusia 16 bulan, mengalami obesitas yang disebabkan oleh konsumsi susu kental manis (SKM) yang diberikan oleh orang tuanya. Ahli Gizi dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Tri Kurniawati, memberikan tanggapan terhadap kasus ini yang menjadi perhatian publik.
Menurut Tri, seorang yang juga Dosen Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini ini menjelaskan pentingnya asupan gizi yang adekuat dalam proses tumbuh kembang anak.
Tujuan utama dari pemberian gizi yang baik adalah untuk memastikan bahwa anak dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Terutama pada bayi dan anak-anak, kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Jika tidak ditangani dengan tepat sejak dini, masalah tersebut dapat berlanjut hingga mereka dewasa.
Tri menjelaskan bahwa rentang usia 0-24 bulan dianggap sebagai periode kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada masa ini, anak mengalami perkembangan yang paling optimal, baik dari segi kecerdasan maupun fisik. Agar periode ini dapat tercapai dengan baik, penting bagi anak untuk mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya secara optimal.
Faktor Penyebab Obesitas Anak
Obesitas anak terjadi karena ada beberapa hal yang menyebabkan anak-anak bisa mengalami obesitas, diantaranya:
- Pola makan yang tidak sehat, seperti sering mengonsumsi makanan siap saji dan olahan yang tinggi kalori dan lemak.
- Kurangnya aktivitas fisik atau gerakan dalam kehidupan sehari-hari.
- Faktor keturunan atau genetik yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk mengalami obesitas.
- Faktor psikologis, seperti stres, depresi, atau kecemasan yang dapat memengaruhi pola makan dan kebiasaan hidup seseorang.
- Faktor sosial ekonomi, seperti kondisi ekonomi orangtua atau lingkungan sekolah anak, yang dapat memengaruhi aksesibilitas terhadap makanan sehat dan aktivitas fisik.
- Penggunaan obat tertentu yang dapat memengaruhi berat badan seseorang.
Orang tua perlu memperhatikan faktor risiko tersebut dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, seperti memberikan makanan sehat dan bergizi, membatasi konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak, serta mendorong anak untuk bergerak dan beraktivitas fisik secara teratur.
Dampak Obesitas Pada Anak
Obesitas pada anak-anak memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mereka. Beberapa dampak yang dapat terjadi antara lain:
1. Dampak psikososial
Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung mengalami penurunan kepercayaan diri dan masalah dalam berhubungan dengan teman sebaya. Mereka juga berisiko mengalami gangguan makan, seperti makan berlebihan atau makan emosional. Dampak ini dapat berdampak pada kualitas hidup anak.
2. Risiko penyakit
Obesitas meningkatkan risiko anak mengalami berbagai penyakit, termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, sleep apnea, asma, masalah hormonal, masalah pada otot dan tulang, serta gangguan pada sistem pencernaan. Semakin tinggi indeks massa tubuh (BMI) anak, semakin tinggi pula risiko terjadinya penyakit-penyakit tersebut.
3. Risiko cedera
Anak-obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami cedera, terutama cedera pada sendi dan tulang. Berat badan berlebih dapat memberikan beban ekstra pada sendi dan tulang, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya radang sendi dan patah tulang.
4. Risiko pubertas dini
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara obesitas dan pubertas dini pada anak-anak. Pubertas dini dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Risiko gangguan mental
Anak-anak dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Faktor psikososial, seperti stigmatisasi dan diskriminasi, dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka.
6. Risiko diskriminasi sosial
Anak-anak yang mengalami obesitas memiliki risiko yang tinggi mengalami perlakuan diskriminatif dalam masyarakat, seperti menjadi korban perundungan (bullying), menjadi korbannya penindasan (viktimisasi), dan dikeluarkan dari lingkungan sosial.
Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kualitas hidup mereka.
Orang tua memiliki peran penting dalam mencegah dan mengatasi obesitas pada anak-anak. Langkah-langkah pencegahan yang tepat meliputi memberikan makanan sehat dan bergizi, membatasi konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak, serta mendorong anak untuk bergerak dan beraktivitas fisik secara teratur. Dukungan dan pendidikan yang tepat juga penting dalam membantu anak mengadopsi gaya hidup sehat. ***
Baca Juga :
Obesitas pada Anak: Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai!
Mengenal Stunting pada Anak, Penyebab dan Bagaimana Cara Mengatasinya?
Mental Mudah Lelah: Mungkin Kamu Highly Sensitive Person?
Penulis: Anas
Editor: Niqi Carrera
piroxicam 0.5