Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan daerah Sikka, Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa terdapat 518 kasus gigitan anjing berpotensi rabies dari bulan Januari hingga April 2023, Seperti yang dilaporkan oleh Antara.
Setelah munculnya kasus rabies di Sikka, Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, menyatakan bahwa vaksinasi rabies pada anjing menjadi faktor penting dalam upaya untuk mengurangi jumlah kasus tersebut.
Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengakui bahwa terjadi kasus anjing rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) setelah pesan singkat melalui grup aplikasi WhatsApp menyebar pada hari Senin. Namun, informasi terperinci tentang korban dan kondisi terkini di Kabupaten TTS masih menunggu informasi lanjutan dari pemerintah daerah setempat. Sebelumnya, pesan singkat tersebut yang diklaim resmi dari Balai Besar Veteriner Denpasar Bali menyatakan bahwa sampel organ anjing yang dikirim oleh Dinas Peternakan Kabupaten TTS telah terbukti positif mengandung virus rabies.
Dalam pesan tersebut juga disebutkan bahwa anjing yang terinfeksi rabies berasal dari Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Jumlah korban gigitan anjing dan terinfeksi rabies di Pulau Timor, tepatnya di Desa Fenun, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), telah meningkat dari sebelumnya 10 orang menjadi 20 orang. Iptu I Dewa Gede Putra Wijayana, Kapolsek Amanatun Selatan, menjelaskan bahwa dari 20 orang yang terinfeksi, satu pria berusia 45 tahun meninggal setelah menjalani perawatan intensif.
Tindakan Pertama Agar Tidak Menyebar
Dewa menjelaskan bahwa informasi tentang 19 orang lainnya yang terinfeksi tersebut diketahui setelah pihak Polsek Amanatun Selatan bekerja sama dengan Dinas Peternakan Timor Tengah Selatan, Dinas Kesehatan Timor Tengah Selatan, dan Puskesmas Oinlasi. Dia juga menambahkan bahwa korban yang meninggal akibat gigitan anjing rabies pertama kali digigit pada tanggal 21 Mei 2023 pukul 24.00 WITA di depan rumahnya.
Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menutup dan mengisolasi Desa Fenun, yang merupakan lokasi awal munculnya kasus rabies di Pulau Timor. Bupati TTS, Egusem Pieter, menyatakan bahwa kejadian tersebut terjadi pada pekan sebelumnya dan baru terungkap setelah adanya laporan tentang hasil uji lab dari Balai Besar Veteriner Denpasar Bali.
Tindakan Berikutnya
Selanjutnya, setelah penutupan desa tersebut, sejumlah anjing akan segera divaksinasi untuk mencegah penyebaran wabah rabies tersebut.
Kepala Karantina Pertanian Kupang, Yulius Umbu, mengatakan bahwa saat ini dia sedang berada di So’e, ibu kota Kabupaten TTS.
Keberadaan Yulius Umbu untuk mencatat dan memeriksa langsung kasus tersebut.
Dia juga mengaku heran mengapa rabies bisa muncul di Pulau Timor, terutama di Desa Fenun.
Padahal Desa Fenun terletak jauh dari perkotaan dan merupakan desa pedalaman.
Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah memastikan ketersediaan stok vaksin anti rabies (VAR). Bagi pasien yang mengalami gigitan hewan penular rabies (HPR), vaksin tersebut masih tersedia di wilayah setempat.
Sejak bulan Januari hingga 30 April 2023, Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai mencatat adanya 483 kasus gigitan HPR.
Kasus ini termasuk juga gigitan anjing dan kucing.
Bartolomeus, perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai menjelaskan bahwa dari 483 kasus tersebut.
Dua kasus telah didiagnosis sebagai rabies berdasarkan gejala klinis yang muncul pada korban.
Dia juga menyatakan bahwa petugas selalu melakukan penyelidikan epidemiologi pada kasus gigitan HPR.
Selain itu, Dinas Kesehatan setempat juga mendistribusikan VAR ke puskesmas dan memberikan VAR.
Selain juga serum anti rabies (SAR) kepada pasien yang mengalami gigitan.
Penanganan pasien yang terkena gigitan rabies dilakukan sesuai dengan penanganan kasus gigitan HPR. Rabies adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus rabies atau Lyssa Virus. Virus ini terlihat seperti peluru yang dilapisi dengan lemak. Ketika dilihat di bawah mikroskop, seperti yang dijelaskan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI (P2PM Kemenkes RI).
Penyakit ini sudah diketahui sejak lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya ada 59.000 orang meninggal setiap tahun akibat infeksi rabies.
Penanganan Awal Jika Digigit Anjing Rabies
“Mayoritas sekitar 40 persen dari mereka yang meninggal adalah anak dibawah 14 tahun” kata Dr. Asep Purnama seorang spesialis penyakit dalam. Dalam sebuah pertemuan daring yang diunggah ke akun YouTube P2PM Kemenkes RI. Asep menjelaskan bahwa seseorang yang digigit anjing perlu segera mendapatkan perawatan yang optimal. Berikut adalah langkah-langkah yang tepat setelah digigit anjing:
- Cuci luka dengan air mengalir dan sabun selama 10-15 menit.
- Periode kritis untuk membersihkan luka gigitan adalah dalam 12 jam setelah digigit.
- Segera pergi ke puskesmas terdekat.
Penulis : Agung Beni Wijaya
Referensi :