Menurut Brigjen Whisnu Hermawan selaku Kepala Satgas Pangan Polri penyebab utama kenaikan harga telur adalah kelangkaan bahan baku pakan ternak, terutama untuk ayam petelur. Hal ini menyebabkan harga pakan ayam menjadi tinggi, mencapai Rp 8.500 hingga Rp 8.700 per kilogram.
Penyebab Harga Telur Naik
Brigjen Whisnu menjelaskan bahwa tingginya harga pakan mencerminkan harga bahan baku pakan, sehingga tidak semua peternak ayam petelur mampu membeli pakan ternak. “Beberapa peternak ayam petelur memilih untuk berhenti berproduksi, sementara peternak yang mampu membeli pakan akan menaikkan biaya produksinya,” jelas beliau.
Ansar Rasidi, Kepala Dinas Perdagangan Kota Madiun, mengatakan bahwa harga telur ayam dalam keadaan normal tidak melebihi Rp 27 ribu per kilogram. Namun, lonjakan harga kali ini disebabkan oleh melonjaknya harga pakan ternak di pasar.
Selain itu, cuaca yang panas juga menyebabkan produksi telur ayam mengalami penurunan. “Kami tetap berupaya mengendalikan harga dan memantau stok di daerah sentra produksi,” ujarnya.
Harga telur telah mencapai Rp 33.000 per kilogram di pasar kawasan Mampang, Jakarta Selatan. Biasanya, telur dijual sekitar Rp 27-29 ribu per kilogram. Namun, sejak akhir pekan lalu, harga telah naik secara perlahan.
Menurut salah satu pedagang bernama Wahyu, kenaikan harga telur disebabkan oleh peningkatan harga jual dari produsen. Terlebih lagi, telur-telur yang dijual merupakan stok baru yang baru saja tiba dari produsen ke tokonya.
Pentingnya Memenuhi Kebutuhan Gizi
Menurut Dokter Anak Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak, Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, mikronutrien seperti vitamin dan mineral memang memiliki pentingnya, tetapi tidak secara signifikan berperan dalam mencegah stunting. Bahkan jika mikronutrien ini terpenuhi, penambahan tinggi badan yang dicapai hanya sebesar 0,09 cm saja.
Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan adalah kecukupan asupan protein, baik selama masa kehamilan maupun pada anak usia 2 tahun. Prof. Damayanti mengatakan bahwa protein berperan penting dalam tubuh untuk pembentukan hormon pertumbuhan dan hormon yang mengangkut protein ke tulang. Pertumbuhan tulang yang baik merupakan kunci agar tinggi badan anak mencapai kondisi yang ideal.
Dokter Meta Hanindita, seorang spesialis anak dan konsultan nutrisi serta penyakit metabolik, mengingatkan orang tua untuk memperhatikan sumber protein hewani lokal yang tersedia di sekitar mereka.
Lele Sebagai Sumber Protein Hewani
Jika mereka tinggal di daerah yang dekat dengan tambak atau kolam ikan, Dokter Meta menyatakan bahwa membeli ikan lele sebagai sumber protein hewani juga merupakan pilihan yang baik.
Dalam 100 gram ikan lele segar, terdapat komposisi nutrisi sebagai berikut:
(Kalori: 105, Protein: 18 gram, Lemak: 3 gram, Natrium: 50 gram, Asam lemak omega-3: 237 miligram, Asam lemak omega-6: 337 miligram)
Dokter Meta menjelaskan bahwa jika orangtua ingin mengganti telur dengan tahu tempe, hal tersebut tidak disarankan. Meskipun tahu tempe mengandung protein, namun protein tersebut berasal dari sumber nabati, bukan protein hewani. Padahal, yang sangat dibutuhkan oleh anak adalah protein hewani.
Asam amino esensial yang terdapat dalam lele, ikan, telur, dan protein hewani lainnya.
Kandungan asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh sendiri
Oleha karenanya penting untuk diperoleh melalui konsumsi makanan yang mengandung asam amino esensial, terutama dalam pertumbuhan anak.
Selain mengandung asam amino esensial, protein hewani juga mengandung zat besi, fosfor, seng, magnesium, yang juga penting untuk pertumbuhan. Sementara itu, protein nabati seperti tahu dan tempe, meskipun boleh diberikan kepada anak, namun pemberian protein hewani tetap menjadi prioritas utama.***
Penulis : Agung Beni Wijaya
Comments 2