SURATDOKTER.com – Ginjal merupakan salah satu organ tubuh dengan peran yang krusial, yakni menyaring darah dan membuat tubuh menjadi sehat. Selain gagal ginjal, salah satu masalah yang acap dijumpai menyerang organ ini adalah ginjal bocor.
Pada kesempatan kali ini, kita akan mengupas tentang apa yang dikenal masyarakat sebagai ginjal bocor, lengkap dengan penyebab, gejala, dan penanganannya.
Mengenal ginjal bocor
Dalam istilah medis, ginjal bocor sering disebut sebagai sindrom nefrotik. Kebocoran yang dimaksud adalah ditemukannya kadar protein dalam urin. Lalu, mengapa bisa terjadi?
Ginjal memiliki banyak pembuluh darah kecil yang disebut glomerulus dan bertugas menyaring kotoran dari dalam darah. Apabila glomerulus mengalami kerusakan, maka sebagian protein yang ada pada tubuh ikut terbuang bersama air seni.
Kasus sindrom nefrotik ini tergolong langka dan lebih umum dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan. Meskipun tidak membahayakan nyawa, penyakit ginjal bocor ini bisa menimbulkan komplikasi kesehatan.
Penyebab ginjal bocor
Penyebab sindrom nefrotik atau ginjal bocor terbagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder.
Jika seseorang mengalami sindrom nefrotik primer, masalah utamanya terjadi pada perubahan glomerulus. Pembuluh darah kecil pada ginjal ini akan mengalami pembentukan jaringan parut atau penebalan. Perubahan pada glomerulus ini tidak bisa diprediksi, sehingga belum bisa dipastikan penyebab utamanya.
Sedangkan pada sindrom nefrotik sekunder, gangguan ginjal bocor ini disebabkan oleh penyakit lain atau konsumsi obat tertentu. Diantaranya adalah sebagai berikut.
- Diabetes melitus
- Lupus
- Hepatitis
- HIV
- Kanker leukimia
- Kanker limfoma
- Penyalahgunaan heroin
- Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid
Gejala ginjal bocor
Beberapa gejala fisik yang patut diwaspadai sebagai tanda sindrom nefrotik ini adalah sebagai berikut.
- Urin berbusa
- Pembengkakan di beberapa bagian tubuh, seperti tangan, kaki, dan wajah (edema)
- Penurunan nafsu makan
- Nyeri perut di antara rusuk dan panggul
- Tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah (hiperlipidemia)
- Tingginya kadar protein albumin dalam urin (albuminuria)
- Rendahnya kadar albumin dalam darah (hipoalbuminemia)
Tiga gejala terakhir umumnya baru bisa diketahui setelah melalui tes urin dan darah yang dilakukan oleh dokter.
Komplikasi ginjal bocor
Sindrom nefrotik apabila tidak segera ditangani bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Diantaranya adalah:
- Fungsi ginjal menurun drastis, atau bahkan tidak berfungsi sama sekali.
- Anemia yang disebabkan oleh minimnya jumlah sel darah sehat.
- Penumpukan plak pada arteri yang menyebabkan masalah jantung koroner.
- Hipertensi atau peningkatan tekanan darah.
- Hipotiroidisme.
Penanganan ginjal bocor
Meskipun sindrom nefrotik sulit untuk disembuhkan, dokter akan memberikan alternatif untuk menanggulangi gejala dari penyakit ginjal ini. Beberapa obat yang umum diberikan pada penderita ginjal bocor adalah sebagai berikut.
1. Kortikosteroid
Obat kortikosteroid memiliki dua fungsi. Pertama, mengurangi peradangan pada ginjal. Kedua, mengurangi peradangan dari penyakit yang menyebabkan sindrom nefrotik, seperti lupus.
2. Anti hipertensi
Obat anti hipertensi berguna untuk menurunkan tekanan darah akibat masalah ginjal. Selain itu, obat ini juga bisa mengurangi jumlah protein terbuang lewat urin.
3. Diuretik
Obat diuretik memiliki fungsi untuk mengurangi pembengkakan dalam tubuh dengan cara membuang cairan berlebih.
4. Pengencer darah
Salah satu komplikasi dari sindrom nefrotik adalah penggumpalan darah. Dokter biasanya meresepkan obat ini untuk menurunkan risiko terjadinya penggumpalan.
5. Penisilin
Selain penggumpalan darah, infeksi juga merupakan salah satu komplikasi yang kerap dialami penderita sindrom nefrotik. Penisilin berguna untuk mencegah infeksi dari komplikasi tersebut.
Selain mengonsumsi obat-obatan, dokter juga akan meminta pasien sindrom nefrotik untuk memperbaiki pola makan. Makanan yang mengandung garam, lemak, dan kolesterol sebaiknya dihindari untuk mencegah komplikasi lanjutan. Dokter juga akan menyarankan pasien untuk mengonsumsi protein dalam jumlah yang cukup.
Pada kasus yang sudah parah, dokter biasanya akan merekomendasikan untuk transplantasi ginjal atau cuci darah secara rutin.***
Baca Juga:
- Minuman Whey Protein Bagus untuk Membentuk Otot, namun Buruk untuk Ginjal, Benarkah?
- Kenali Warna Urine untuk Kesehatan, dari Kuning Jernih hingga Putih
- Jeroan dan Kolesterol: Seberapa Berbahaya?
Penulis: Habibah
Editor: Niqi Carrera
Referensi: