Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemui banyak individu yang menjadi korban bullying. Namun, yang mengejutkan adalah bahwa bullying tidak hanya muncul dari teman sebaya, tetapi juga bisa datang dari orangtua dan guru.
Dikutip dari akun Twitter pribadi psikiater dr. Andreas Kurniawan, perbuatan-perbuatan memalukan, perlakuan yang berbeda, dan sejenisnya seringkali dianggap remeh dengan alasan “itu hanya lelucon” atau “mereka masih anak-anak”.
Sebagai seorang psikiater, Andreas seringkali menerima klien yang telah menjadi korban bullying. Mereka tidak hanya mendapatkan perlakuan buruk dari teman-teman sebayanya, tetapi juga dari orangtua dan guru mereka.
Bullying yang mereka alami tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah, tetapi juga berlanjut ke dalam lingkungan keluarga mereka sendiri.
Sangat disayangkan, banyak dari mereka datang mencari bantuan dan dukungan jauh setelah kejadian bullying terjadi. Beberapa dari mereka datang saat mereka sudah bekerja di usia 20-an, bahkan ada yang baru mencari pertolongan di usia 30-an.
Mereka menghadapi luka dan trauma yang mereka alami sejak usia 15 tahun, dan mereka baru mampu mencari bantuan bertahun-tahun kemudian.
Mengapa demikian?
Klien-klien Andreas mengetahui bahwa mereka membutuhkan pertolongan sejak dulu, tetapi mereka tidak memiliki akses atau kesempatan untuk mendapatkannya.
Ketika mereka mencoba menceritakan masalah ini kepada orangtua atau keluarga mereka pada saat itu, seringkali mereka diabaikan atau bahkan disalahkan. Tak jarang, mereka malah ikut menjadi bagian dari topik bullying yang mereka alami di lingkungan keluarga mereka sendiri.
Sebagai hasilnya, mereka terpaksa bertahan dan menahan luka-luka tersebut selama bertahun-tahun. Apalagi ketika mereka mendengar ucapan-ucapan seperti “terimalah keadaan” atau “yang penting kamu tetap baik, jangan seperti mereka”.
Dengan demikian, mereka merasa bahwa luka-luka mereka tidak dianggap serius dan sulit mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.
Apa yang Harus Dilakukan?
Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya mengatasi bullying di berbagai lingkungan, termasuk di rumah dan di sekolah.
Orangtua dan guru memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi anak-anak dari bullying dan memberikan mereka lingkungan yang aman dan mendukung.
Kita perlu memastikan bahwa semua individu, terutama anak-anak dan remaja, merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman bullying yang mereka alami tanpa takut diabaikan atau disalahkan.
Pendidikan yang lebih baik, pemahaman yang lebih mendalam, dan kebijakan yang lebih kuat diperlukan untuk memerangi bullying dan mendorong terciptanya lingkungan yang aman, dimana setiap individu dapat tumbuh dan berkembang tanpa rasa takut dan tekanan.
Bullying bukanlah sesuatu yang dapat dianggap enteng. Tindakan bullying dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan mental dan emosional individu yang menjadi korban.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk bersama-sama melawan bullying di semua lingkungan, dan memastikan bahwa setiap individu mendapatkan perlindungan dan dukungan yang mereka butuhkan.***
Baca Juga:
- Dampak Buruk Roleplay Online pada Anak: Cara Orangtua Mengatasi dan Membangun Hubungan Emosional
- TikTok dan Anak-Anak: Menyingkap Risiko Roleplay yang Mengkhawatirkan
- Kapan Sebaiknya Pergi ke Psikolog: Tidak Perlu Malu untuk Mencari Bantuan
Penulis: Niqi Carrera
Referensi:
- https://twitter.com/ndreamon/status/1674611026967547904