Kejadian meninggal dunia yang dialami seorang anak berusia lima tahun di NTT setelah digigit anjing yang terinfeksi rabies baru-baru ini berhasil menggemparkan jagat maya. Hal itu membuat publik mulai penasaran dengan apa itu rabies, seperti apa gejala, dan apa saja penyebabnya.
Beberapa sumber menyebut bahwa rabies disebabkan oleh gigitan hewan tertentu termasuk anjing. Tahukah, selain anjing ternyata ada beberapa hewan lainnya di kehidupan sehari-hari yang juga bisa menjadi pemicu tersebarnya rabies. Hewan apa sajakah itu?
Apa Itu Rabies dan Apa Penyebabnya?
Rabies yang juga bisa disebut sebagai penyakit anjing gila, adalah salah satu penyakit zoonosis yaitu, penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut bahwa penyakit ini dapat menyebar ke hewan peliharaan dan manusia bila tercakar atau tergigit hewan pengidap rabies.
Di kehidupan sehari-hari ada sejumlah hewan yang tinggi resikonya membawa virus rabies selain anjing, beberapa contohnya adalah kucing, musang, sapi, kuda, kambing, monyet, dan lain-lain.
Apakah Rabies Bisa Disembuhkan?
Mayo Clinic menyebut bahwa hingga kini pengobatan efektif untuk rabies belum ditemukan dan hanya segelintir saja yang bisa sembuh namun, berbagai macam cara untuk mencegahnya bisa dipelajari dengan tujuan untuk memperkecil kemungkinan rabies tersebar.
Salah satu cara yang bisa dicoba adalah mendapatkan suntikan vaksin anti rabies.
Hingga kini di Indonesia ada dua jenis vaksin anti rabies menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes yaitu, jenis Profilaksis Pra-Pajanan (PrPP) untuk manusia yang belum terpapar virusnya dan jenis Profilaksis Pasca Pajanan (PEP) untuk manusia yang sudah terpapar virusnya.
Baca Juga :
- Bisakah Gigitan Kucing Tularkan Rabies?
- Bocah 5 Tahun Tewas Terinfeksi Rabies oleh Anjing Peliharaan, Begini Seharusnya Penanganan Luka Gigitan
Seperti Apa Gejala Rabies?
Masih mengutip Mayo Clinic, rabies yang mematikan dapat ditandai dengan berbagai keadaan seperti berikut: sakit kepala, mual dan muntah, demam, cemas berlebih, sulit menelan, halusinasi, kebingungan, hiperaktif, insomnia, dan keluar air liur berlebihan.
Bagaimana Cara Mengurangi Faktor Risiko Rabies?
Menurut Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksi virus rabies, yaitu dengan mengurangi beberapa faktor risikonya yaitu dengan:
- Hewan peliharaan divaksin
- Vaksin rabies untuk diri sendiri
- Jaga jarak dengan hewan yang berpotensi punya virus rabies
- Melaporkan seseorang atau hewan liar yang memiliki gejala rabies ke petugas kesehatan
Kondisi Luka Akibat Rabies
Kemenkes RI menyebut bahwa ada 2 kondisi luka akibat rabies yaitu luka resiko tinggi dan luka risiko rendah. Luka risiko tinggi ada pada lapisan dalam, area kelamin, kepala, muka, leher, jari tangan dan kaki. Penderita luka ini dapat diberi vaksin PEP anti rabies dan serum anti rabies. Sedangkan luka risiko rendah berupa gigitan atau cakaran yang menimbulkan lecet kecil di badan dan kaki. Penderita luka ini dapat diberi vaksin PEP anti rabies.
Itulah beberapa informasi seputar rabies.***
Baca juga:
- Pilih Antibiotik yang Aman dan Efektif untuk Anak: Panduan bagi Orang Tua
- Gondok pada Anak : Hal yang Boleh dan Jangan Dilakukan, Dicatat ya Moms!
- Peliharaan, Begini Seharusnya Penanganan Luka Gigitan
- Ide Bingkisan untuk Menjenguk Orang Sakit, Bawa Buah Ternyata Bahaya?
Penulis: Yunita
Editor : Alan
Sumber artikel: