Depresi adalah penyakit yang kompleks. Sebenarnya belum ada yang tahu persis apa penyebabnya, namun hal itu bisa terjadi karena berbagai alasan. Beberapa orang mengalami depresi karena menderita penyakit medis yang serius, ada juga yang disebabkan kematian orang yang dicintai dan lain sebagainya.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa orang lebih mungkin mengalami depresi seiring bertambahnya usia, dan lebih sering terjadi pada orang yang hidup dalam keadaan sosial dan ekonomi yang sulit.
Apa Penyebab Utama Depresi?
Banyak hal yang dapat meningkatkan peluang munculnya depresi, yaitu:
Pelecehan
Pelecehan emosional, fisik, atau seksual mampu membuat seseorang lebih rentan mengalami depresi di kemudian hari.
Usia
Lansia lebih tinggi mengalami resiko depresi dan dapat diperparah oleh faktor hidup sendiri dan kurangnya dukungan sosial.
Obat-obatan tertentu
Beberapa obat, seperti isotretinoin (obat jerawat), kortikosteroid, dan obat antivirus interferon-alfa bisa meningkatkan resiko depresi.
Konflik
Konflik atau perselisihan pribadi dengan anggota keluarga atau teman bisa meningkatkan resiko munculnya depresi.
Kematian
Kesedihan pasca kematian, mungkin terlihat wajar, namun ternyata dapat meningkatkan risiko depresi.
Jenis kelamin
Wanita mempunyai peluang mengalami depresi sekitar dua kali daripada pria. Hal ini kemungkinan adanya perubahan hormonal yang dialami wanita.
Genetis
Riwayat depresi keluarga dapat meningkatkan risiko.
Munculnya peristiwa besar
Kejadian baik seperti memulai pekerjaan baru, lulus, atau menikah sekalipun tak disangka mampu memicu depresi. Demikian pula pindah rumah, kehilangan pekerjaan atau penghasilan, perceraian, atau pensiun.
Masalah pribadi lainnya
Problema pribadi semisal isolasi sosial karena penyakit mental lainnya atau diusir dari keluarga dan kelompok sosial bisa memberi peluang risiko berkembangnya depresi klinis.
Penyakit serius
Depresi bisa terjadi bersamaan dengan datangnya penyakit serius atau mungkin dipicu oleh kondisi medis lainnya.
Bagaimana Proses Biologi Depresi di Dalam Otak?
Para peneliti telah mencatat perbedaan otak orang yang mengalami depresi klinis dibandingkan dengan mereka yang tidak. Misalnya, hippocampus, bagian kecil dari otak yang sangat penting untuk menyimpan ingatan, tampak lebih kecil pada beberapa orang dengan riwayat depresi daripada mereka yang tidak pernah mengalami depresi.
Hippocampus yang lebih kecil memiliki lebih sedikit reseptor serotonin. Serotonin adalah salah satu dari bahan kimia otak yang dikenal sebagai neurotransmiter yang memungkinkan komunikasi melintasi sirkuit yang menghubungkan daerah otak yang terlibat dalam pemrosesan emosi.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa hormon stres kortisol diproduksi secara berlebihan pada orang yang depresi. Mereka percaya bahwa kortisol memiliki efek toksik atau “penyusutan” pada perkembangan hippocampus dan berpendapat bahwa orang yang depresi mungkin terlahir dengan hippocampus yang lebih kecil dan karenanya cenderung mengalami depresi.
Satu hal yang pasti: Depresi adalah penyakit kompleks dengan banyak faktor penyebabnya. Pemindaian dan studi terbaru tentang struktur dan fungsi otak menunjukkan bahwa antidepresan dapat memberikan “efek neurotropik”, yang berarti bahwa obat tersebut dapat membantu mempertahankan sel saraf, mencegahnya dari kematian, dan memungkinkannya membentuk hubungan yang lebih kuat yang menahan tekanan biologis.
Jika sudah diketahui penyebabnya maka orang akan mulai sadar untuk menjauh dari peristiwa yang membuatnya depresi dan akan mudah menemukan obatnya.***
Baca Juga :
- Apakah Depresi Sama dengan Gangguan Kecemasan?
- 8 Tips Menyembuhkan Depresi Tanpa Obat
- 8 Mitos dan Fakta tentang Depresi, Gangguan Psikologis yang Sering Terabaikan
Penulis: Carrera Zenitha Niqi
Referensi:
Comments 1