SURATDOKTER.com – Setiap orang punya naluri pesimisme dalam dirinya. Dari waktu ke waktu, orang-orang telah menghadapi cobaan dan tantangan yang memunculkan perasaan putus asa dan kekhawatiran akan masa depan.
ketidakseimbangan dan ketidakpastian dalam kehidupan dapat menyebabkan pikiran menjadi negatif, sehingga mendorong kita untuk melihat segala sesuatu dari sisi buruknya.
Pesimisme adalah jenis gaya penjelas di mana individu “mengharapkan hasil yang merugikan ketika menghadapi peristiwa dampak emosional yang tidak diketahui” (Herwig et al., 2010, hal. 789).
Sebagai contoh, ketika mendaftar pekerjaan kita merasa bahwa diri kita tidak mampu untuk mengikuti tes-tes seleksi yang ada, karena tidak yakin dengan kemampuan diri.
Contoh lainnya ketika kita mengalami gejolak emosi kesal atau sedih yang muncul pada diri kita ketika kehilangan sebuah barang mewah akan terasa lebih kuat daripada gejolak emosi senang ketika kita berhasil memilikinya.
Hal tersebut dinamakan dengan bias negatif, yakni salah satu bias dalam berpikir yang dikarenakan otak kita memiliki kecenderungan untuk memberikan penekanan atau perhatian yang lebih pada sebuah hal yang bersifat negatif daripada hal yang positif.
Peran Pesimisme dalam Kecemasan
Kecemasan pada umumnya melibatkan kekhawatiran, ketakutan, dan perenungan tentang masa depan (yaitu, kecemasan antisipatif). Orang yang sangat cemas sering kali memiliki aliran negatif di dalam pikiran mereka.
Ketika seseorang pesimis, mereka lebih cenderung melihat skenario terburuk, yang hanya menimbulkan kecemasan. Selain itu, seseorang yang mengalami kecemasan kronis lebih cenderung mengukur peristiwa masa depan yang ambigu sebagai hal yang tidak realistis dan negatif (Hartley & Phelps, 2012).
Hubungan antara bias kognitif dan kecemasan telah didukung oleh literatur. Misalnya, optimisme telah dikaitkan dengan berkurangnya kecemasan dan depresi di antara pasien kanker (Zenger, Brix, Borowski, Stolzenburg, & Hinz, 2010) dan dengan kecemasan yang lebih rendah di antara mahasiswa di China (Yu, Chen, Liu, Yu, & Zhao , 2015) dan India (Singh & Jha, 2013).
Cara Menyikapi Sisi Pesimisme dalam Diri
Pesimisme bukanlah sekadar dorongan emosional semata. Bagi beberapa orang, itu adalah cara melihat dunia secara realistis dan berwaspada terhadap potensi kegagalan.
Pengalaman masa lalu dan penyesalan dapat menyemai benih pesimisme dalam pikiran kita, membuat kita ragu untuk percaya pada keberhasilan di masa depan. Namun, perlu diingat bahwa dalam ketidakpastian juga terkandung peluang.
Pesimisme bisa menjadi alarm peringatan yang menuntun kita untuk menghindari bahaya dan membuat keputusan bijaksana. Akan tetapi, perlu diingat bahwa pesimisme juga bisa menjadi “racun” yang meracuni pikiran kita, menghalangi kemungkinan positif dan kebahagiaan.
Saat pesimisme berlebihan, itu dapat menghentikan ambisi dan mencegah kita mencapai potensi sejati. Kalau sudah berlebihan kamu perlu melakukan beberapa hal berikut ini untuk menyikapi sisi pesimisme dalam diri. Berikut cara-caranya:
1. Memiliki Pemikiran Negatif Seperlunya
Terkadang kita memang perlu memiliki pemikiran negatif untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, karena pada dasarnya kehidupan dipenuhi dengan ketidakpastian.
Meskipun begitu, kita juga perlu mengatur pemikiran negatif (pesimis) itu agar tidak berlebihan atau seperlunya saja.
2. Cari Keseimbangan dengan ‘Kekuatan 4 Aturan’
Roy Baumeister, Ph.D., mengatakan bahwa rasio kepositifan adalah 4:1. Jadi, ketika kita memiliki satu pemikiran negatif, maka harus imbangi dengan empat sisi positif.
3. Cari Penyebab Bias Negatif Dalam Diri
Kita juga perlu mencoba memahami bahwa bias negatif bisa saja timbul dari pengalaman di masa lalu. Bisa juga dari penyebab lainnya, ketika kita mengetahui penyebabnya kita dapat mulai membereskannya.
4. Sayangi Diri Sendiri
Jangan terlalu judgemental terhadap diri sendiri, seringkali pikiran negatif kita yakini sebagai sebuah prediksi kenyataan di masa depan, padahal itu hanyalah pikiran yang justru menghambat diri kita untuk berkembang.
Sifat pesimis adalah suatu kecenderungan yang dapat memberikan dampak negatif pada kesejahteraan dan keberhasilan seseorang.
Melalui kesadaran dan usaha untuk mengubah pola pikir, individu bisa mengatasi sifat pesimis dan meraih kehidupan yang lebih bahagia dan produktif.
Penting bagi setiap orang untuk belajar menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih positif guna menciptakan perubahan dalam hidup mereka.***
Penulis: Zulaikhah Elvi
Editor: Tia Mardwi
https://www.instagram.com/p/CvEb0ySIzZQ/?igshid=MmU2YjMzNjRlOQ==
https://positivepsychology-com.translate.goog/pessimism-vs-optimism/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc