SURATDOKTER.com – Akhir-akhir ini sedang ramai mengenai self centered. Ada beberapa hal pada lingkungan sekitar yang menjadi dampak dari seseorang yang berpegang pada self centered. Lalu apa itu self centered?
Artikel kali ini akan membahasnya terkait beberapa hal dari self centered mulai dari definisi, karakteristik, dampak dan cara mengatasinya.
Apa itu Self Centered?
Self centered adalah sifat perilaku yang ditandai dengan fokus berlebihan pada diri sendiri, sering kali tanpa mempertimbangkan perasaan dan pandangan orang lain. Ini adalah kondisi di mana seseorang terlalu mementingkan diri sendiri, tanpa memberi perhatian kepada kebutuhan dan perasaan orang lain.
Meskipun penting untuk memiliki perhatian pada diri sendiri, menjadi terlalu self-centered dapat membawa konsekuensi negatif dalam berbagai aspek kehidupan.
Karakteristik Self Centered
- Kurangnya Empati: Orang yang self-centered seringkali sulit berempati dengan orang lain. Mereka mungkin kesulitan memahami atau mengenali emosi dan pengalaman orang di sekitar mereka, karena fokus utama mereka adalah pada diri sendiri.
- Narsisme: Self-centeredness yang ekstrim dapat dikaitkan dengan sifat narsistik. Narsistik memiliki rasa penting diri yang besar dan menginginkan pengakuan dan validasi dari orang lain.
- Kesulitan dalam Menjaga Hubungan: Self-centeredness berlebihan dapat memperumit hubungan. Terus-menerus menempatkan diri sendiri di depan dan menunjukkan sedikit perhatian terhadap perasaan orang lain dapat menyebabkan konflik dan jarak dalam hubungan pribadi maupun profesional.
- Mencari Perhatian: Individu yang self-centered sering mencari perhatian dan validasi dari orang lain. Mereka mungkin melakukan perilaku yang dirancang untuk menarik perhatian pada diri sendiri, bahkan dengan mengorbankan orang lain.
- Tidak Menerima Kritik: Orang yang terlalu self-centered seringkali kesulitan menerima kritik. Mereka mungkin menjadi defensif, merasa diserang atau terancam saat dihadapkan dengan umpan balik atau kritik konstruktif.
- Kurangnya Akuntabilitas: Bertanggung jawab atas tindakan dan dampaknya pada orang lain adalah tantangan bagi individu yang self-centered. Mereka mungkin menyalahkan orang lain atau menolak mengakui kesalahan mereka.
Dampak Self Centeredness
-
Isolasi
Fokus terus-menerus pada diri sendiri dapat menyebabkan isolasi sosial, karena orang lain mungkin merasa diabaikan atau tidak dihargai di dekat individu self-centered.
-
Terhambatnya Pertumbuhan Pribadi
Self-centeredness yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Dengan mengabaikan kebutuhan orang lain dan enggan mempertimbangkan sudut pandang lain, individu membatasi peluang mereka untuk belajar dan memperbaiki diri.
Baca juga: Tips Kelola Emosional Anak: Membangun Ketahanan Emosional Anak
-
Hubungan yang Retak
Self-centeredness dapat merusak hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Kurangnya empati dan perhatian terhadap perasaan orang lain dapat menciptakan lingkungan yang tidak menyenangkan dan merusak kepercayaan.
-
Dampak pada Karier
Di tempat kerja, self-centeredness dapat merugikan kerja sama tim dan kolaborasi. Hal ini juga bisa menyulitkan dalam peran kepemimpinan, karena individu yang terlalu fokus pada diri sendiri mungkin lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kesejahteraan tim.
Mengatasi Self Centeredness
-
Praktik Empati
Berusaha untuk memahami perasaan dan pandangan orang lain. Bekerja untuk memahami perspektif orang lain membantu meningkatkan empati.
-
Mendengarkan Aktif
Perhatikan apa yang dikatakan orang lain dan tunjukkan minat yang tulus pada pemikiran dan pengalaman mereka.
-
Minta Umpan Balik
Bersedia menerima umpan balik dari orang lain dan gunakan sebagai kesempatan untuk pertumbuhan pribadi.
-
Menumbuhkan Rasa Syukur
Fokus pada hal-hal yang Anda syukuri dalam hidup Anda. Rasa syukur membantu mengalihkan fokus dari diri sendiri ke aspek positif kehidupan dan orang-orang di sekitar kita.
-
Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Bekerja untuk mengenali dan mengelola emosi dengan efektif. Kecerdasan emosional memungkinkan pemahaman dan pengelolaan lebih baik terhadap perasaan Anda dan emosi orang lain.
Meskipun memiliki perhatian pada diri sendiri adalah hal penting untuk kesejahteraan pribadi, terlalu fokus pada diri sendiri dapat merugikan hubungan dan pertumbuhan pribadi kita.
Mengembangkan empati, mendengarkan aktif, dan berlatih rasa syukur dapat membantu kita mencapai keseimbangan yang lebih sehat antara fokus pada diri sendiri dan perhatian terhadap orang lain.
Dengan mengembangkan sikap yang lebih penyayang dan memahami, maka kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan membangun hubungan yang berarti dengan orang-orang di sekitar kita.***
Baca Juga:
- Apa itu GAD? Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasi
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety): Bukan Sekedar Merasa Malu Saat di Ruang Publik
- Mengenal GERD, Penyakit Lambung yang Tidak Bisa Disepelekan
Penulis: Dhea Salsabila
Editor: Niqi Carrera