Suratdokter.com – Di suatu sudut ruangan, terdapat seorang individu yang merenungkan pekerjaan yang menumpuk di meja kerjanya. Buku-buku dan berkas-berkas tergeletak dengan acak, menunggu sentuhan tangan yang terlalu sering menunda.
Meremehkan Waktu
Dia adalah seorang ahli dalam seni meremehkan waktu, seorang ahli menunda yang telah menjadi budaya hidupnya. Mungkin, kita semua pernah bertemu dengan sosok semacam itu dalam diri kita atau orang lain.
Kebiasaan menunda pekerjaan bukanlah sesuatu yang baru, tapi bisa jadi masalah abadi yang menghantuinya. Setiap hari, pekerjaan terus bertambah, tapi waktu yang ada selalu dirasa kurang.
Dia mengetahui bahwa ada tugas-tugas yang harus diselesaikan, tapi mengapa dia selalu merasa lebih nyaman menunda daripada bertindak?
Tidak ada alasan yang pasti mengapa kebiasaan menunda terjadi. Mungkin karena rasa malas yang terus menghinggapi, ketakutan akan kegagalan, atau bahkan kebingungan tentang cara memulai. Dia seolah-olah terjebak dalam lingkaran setan yang tak berkesudahan, menyisakan kekecewaan diri sendiri dan harapan yang gagal terwujud.
Seiring waktu berlalu, kebiasaan menunda telah merambah ke berbagai aspek kehidupannya. Rencana perjalanan, belanja bulanan, atau bahkan panggilan telepon penting sering terbengkalai karena kecenderungan menunda yang menguasainya. Dia telah kehilangan banyak peluang berharga karena gagal menghadapinya dengan waktu yang tepat.
Begitu Sulit Untuk Mengatasi Masalah Ini
Namun, dia tidak sendirian dalam pertarungan melawan kebiasaan menunda ini. Banyak orang yang mengalami hal yang sama, meskipun mungkin dalam tingkat yang berbeda-beda. Jutaan saran tentang cara mengatasi menunda telah ditulis dan dibagikan, tetapi mengapa begitu sulit untuk mengatasi masalah ini?
Mungkin jawabannya adalah karena menunda pekerjaan terkadang memberikan kepuasan sesaat. Saat menunda, dia merasa merdeka dari tekanan tugas yang menunggu di depannya. Rasanya seperti menghindari masalah sementara, walau itu hanya sekejap. Tetapi, ketika akhirnya tugas harus dikerjakan, semua kepuasan itu lenyap seketika dan digantikan oleh kecemasan dan tekanan yang jauh lebih besar.
Bukankah lebih baik jika dia bisa menyelesaikan tugas dengan tenang dan merasa bangga atas hasilnya? Mengapa dia masih memilih untuk menunda dan menimbulkan diri sendiri penderitaan?
Kebiasaan menunda adalah sebuah tantangan yang membutuhkan keberanian untuk menghadapinya. Tidak ada jalan pintas atau trik ajaib yang dapat mengatasi masalah ini dalam semalam. Yang dibutuhkan adalah kemauan untuk berubah dan kemauan untuk menghadapi ketidaknyamanan dalam mengatasi tugas-tugas yang sulit.
Mungkin, di saat itulah perubahan bisa dimulai. Di saat kesadaran tumbuh bahwa menunda hanya memperpanjang penderitaan dan menghambat pertumbuhan diri. Di saat itulah dia dapat menemukan kekuatan untuk bangkit dan menghadapi tugas-tugasnya dengan penuh semangat.
Kebiasaan menunda pekerjaan adalah tantangan yang banyak dihadapi oleh banyak orang, baik di lingkungan kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menunda pekerjaan dapat mengakibatkan stres, kecemasan, dan akhirnya, penurunan produktivitas. Namun, ada beberapa tips dan trik yang dapat membantu mengatasi kebiasaan menunda pekerjaan dan meningkatkan efisiensi kerja.
Baca juga: Apa itu GAD? Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasi
Cara Mengatasi Kebiasaan Menunda
Berikut adalah beberapa cara mengatasi kebiasaan menunda yang bisa diikuti:
1. Rencanakan dan Prioritaskan Tugas
Buatlah daftar tugas yang harus diselesaikan dalam sehari, minggu, atau bulan. Prioritaskan tugas berdasarkan urgensi dan pentingnya. Fokuslah pada tugas-tugas yang paling mendesak dan akhiri pekerjaan yang lebih ringan. Dengan membuat rencana dan prioritas, Anda dapat mengurangi godaan untuk menunda pekerjaan.
Bagi Tugas Menjadi Bagian yang Lebih Kecil: Tugas yang besar dan kompleks terkadang menakutkan, dan ini dapat memicu keinginan untuk menunda pekerjaan. Alih-alih melihat tugas secara keseluruhan, pecahkannya menjadi bagian yang lebih kecil dan kelola satu per satu. Ini akan membuat tugas terasa lebih mudah diselesaikan dan memberikan perasaan pencapaian setiap kali bagian berhasil diselesaikan.
2. Buat Jangka Waktu (Deadline) yang Realistis
Tentukan batas waktu untuk menyelesaikan tugas, tetapi pastikan jangka waktu ini realistis. Terlalu singkat akan meningkatkan stres dan memicu keinginan untuk menunda pekerjaan lebih lanjut. Dengan batas waktu yang masuk akal, Anda akan merasa lebih terorganisir dan termotivasi untuk mencapainya.
Serta hindari gangguan ata distractions. Menghindari gangguan seperti media sosial, bermain game, atau kegiatan lain yang tidak relevan dengan pekerjaan. Tetapkan waktu khusus untuk istirahat dan bersenang-senang. Jaga lingkungan kerja agar kondusif dan minim gangguan agar dapat fokus pada tugas.
3. Jangan Perfectionis Berlebihan
Seringkali, menunda pekerjaan terjadi karena seseorang ingin menyelesaikan tugas dengan sempurna. Akibatnya, pekerjaan sering ditunda karena ada perasaan bahwa hasilnya tidak akan memuaskan. Tetaplah realistis dan pahami bahwa tugas yang selesai adalah lebih baik daripada tugas yang sempurna yang tidak pernah selesai.
4. Refleksikan Alasan di Balik Menunda Pekerjaan
Perhatikan alasan mengapa Anda cenderung menunda pekerjaan. Apakah itu karena rasa malas, ketidakmampuan, atau ketakutan? Dengan mengidentifikasi alasan di balik kebiasaan menunda ini, Anda dapat mencari solusi yang lebih tepat untuk mengatasinya.
Tetap Konsisten menghilangkan kebiasaan menunda pekerjaan memerlukan waktu dan kesabaran. Tetap konsisten dalam menerapkan tips dan trik di atas untuk membangun kebiasaan baru yang lebih produktif.
Menghilangkan kebiasaan menunda pekerjaan membutuhkan disiplin dan komitmen untuk berubah. Tetapi dengan menerapkan tips dan trik di atas secara konsisten, Anda dapat meningkatkan produktivitas dan mencapai lebih banyak hasil dalam kehidupan pribadi maupun profesional.***
Baca juga:
- Procrastination : Kebiasaan Suka Menunda Pekerjaan dan Cara Mengatasinya
- Mengenal Pribadi INFP, Si Mediator yang Baik Hati
- Tipe Kepribadian INFJ Langka, Ternyata Ini Alasannya
Penulis : Rendiansyah DS
Editor: Niqi Carrera