SURATDOKTER.com – Seorang Mediator (julukan untuk orang dengan tipe kepribadian INFP) memiliki ciri-ciri kepribadian Introverted (tertutup), Intuitive (menggunakan intuisi), Feeling (perasa), dan Prospecting (berprospek).
Meskipun penampilan luar mereka mereka terkesan pendiam, pikiran dan imajinasi pribadi INFP yang terbuka mampu mendorong mereka untuk menyikapi hidup dengan penuh perhatian dan kreativitas.
Di balik sikap mereka yang sederhana, ada dunia batin yang penuh dengan gairah dan kreativitas, di mana angan-angan seorang INFP bisa berkembang menjadi cerita dan percakapan yang kaya.
Individu INFP memiliki kepekaan emosi yang tinggi. Hal ini membuat mereka dapat terhubung secara emosional dengan musik, seni, alam, dan orang-orang pada tingkat yang mendalam.
Kedalaman emosi dari seorang INFP juga tercermin pada hubungan yang mereka jalin. Berkat sifat idealis dan level empati yang tinggi, seorang Mediator mendambakan hubungan yang bermakna dan punya keinginan untuk bisa membantu orang lain.
Namun pada kenyataannya, pribadi INFP terkadang merasa terabaikan atau kesepian di dunia yang tidak sepenuhnya menghargai sifat-sifat unik yang mereka bawa.
Pribadi INFP sering digambarkan sebagai individu yang tertutup, tenang, dan pendiam yang menganggap situasi sosial sebagai sesuatu yang menguras tenaga, dan lebih suka ditemani oleh sekelompok teman yang sudah akrab.
Jangan salah mengartikan kecenderungan mereka untuk menyendiri sebagai rasa malu. Karena sebenarnya, hal tersebut adalah cara mereka untuk mengisi ulang dan mendapatkan energi. Dan sebaliknya, saat melakukan interaksi sosial, mereka mengeluarkan energi.
Orang dengan tipe kepribadian ini sangat bergantung pada intuisi dan lebih cenderung fokus pada gambaran besar daripada terhanyut dalam detail-detail duniawi. Namun, ketika menyangkut hal-hal yang sangat mereka pedulikan atau proyek yang sedang mereka kerjakan, mereka dapat menunjukkan ketelitian dan dedikasi.
Mereka selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan, dengan keinginan untuk tetap membuka pilihan, dan sering kali menunda pilihan hingga keadaan menjadi jelas. Dan saat membuat keputusan, mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, memprioritaskan emosi daripada logika murni.