Statistik memperkirakan bahwa sekitar 8,4% anak-anak dan 2,5% orang dewasa mengalami ADHD (Danielson, 2018; Simon, et al., 2009). Biasanya, ADHD pertama kali diidentifikasi pada anak usia sekolah ketika mengganggu kegiatan kelas.
Apa itu ADHD?
ADHD, atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, adalah kondisi mental yang biasanya menyerang anak-anak. Itu muncul dengan sendirinya melalui kombinasi gejala, termasuk kurangnya perhatian (kesulitan mempertahankan fokus), hiperaktif (gerakan berlebihan yang tidak sesuai dengan situasi), dan impulsif (tindakan gegabah tanpa berpikir). Gangguan ini dianggap kronis, melemahkan, dan berdampak besar pada kehidupan individu, mencakup prestasi akademik dan profesional, hubungan interpersonal, dan fungsi sehari-hari (Harpin, 2005).
ADHD adalah kondisi kompleks dan menarik perhatian para peneliti, dokter, dan masyarakat secara keseluruhan. Dampak multifasetnya pada berbagai aspek kehidupan menyoroti pentingnya memahami dan mengatasi gangguan ini dengan empati, dukungan, dan intervensi yang tepat.
Jenis-Jenis ADHD
1. ADHD Tipe Lalai
Orang dengan ADHD yang mengganggu atau lalai akan mengalami lebih banyak masalah dengan tetap fokus daripada dengan hiperaktif. Meskipun anak laki-laki lebih sering didiagnosis dengan ADHD, kemungkinan prevalensi pada anak perempuan, terutama jika mempertimbangkan jenis ADHD yang lalai, mungkin sama tingginya.
Jenis ADHD yang lalai dan mudah terganggu sebelumnya dikenal sebagai gangguan defisit perhatian saja, atau ADD. Sekarang, bentuk ini disebut sebagai ADHD tipe lalai dan mudah terganggu.
Gejala ADHD Lalai
Orang dengan subtipe ADHD ini akan memiliki beberapa gejala berikut:
-Mudah terganggu
-Masalah berfokus pada sekolah atau tugas yang berhubungan dengan pekerjaan
-Tampak tidak memperhatikan saat Anda berbicara (walaupun tidak ada gangguan yang jelas)
-Mungkin memulai pelajaran tetapi dengan cepat kehilangan fokus
-Membuat kesalahan ceroboh di sekolah atau di tempat kerja
-Tidak terlalu memperhatikan detail
-Kesulitan menyelesaikan tugas sekolah atau tugas atau mengikuti instruksi
-Masalah mengatur barang-barang pribadi — mungkin meja, binder, dan buku catatan yang berantakan
-Sering melewatkan tenggat waktu
-Menghindari tugas yang membutuhkan usaha terus menerus, seperti mengisi formulir
-Sering kehilangan barang-barang seperti pekerjaan rumah, ransel, buku, ponsel, dan kacamata hitam
2. ADHD Tipe Impulsif/Hiperaktif
Tipe ADHD impulsif ditandai dengan peningkatan impulsif dan/atau hiperaktivitas. Ini adalah salah satu jenis ADHD yang paling mudah dikenali dan lebih sering didiagnosis pada anak laki-laki.
Gejala ADHD Tipe Impulsif/Hiperaktif
Orang yang didiagnosis ADHD impulsif/hiperaktif akan memiliki beberapa gejala berikut:
-Tidak dapat tetap duduk baik di ruang kelas atau tempat kerja manapun
-Terus bergerak atau “di perjalanan”
-Tidak mampu melakukan aktivitas dengan tenang
-Kesulitan menunggu dalam antrian
Waktu yang sulit dengan bergiliran
-Gelisah atau menggeliat di tempat duduk
-Mengganggu orang lain
-Berlari atau memanjat (terutama di tempat yang tidak pantas)
-Terlalu banyak bicara
-Mengatakan jawaban sebelum pertanyaan selesai
3. ADHD Tipe Kombinasi
Dokter akan mendiagnosis orang dengan ADHD tipe kombinasi jika mereka memenuhi kriteria untuk tipe ADHD yang lalai dan hiperaktif.
Gejala ADHD gabungan termasuk kurangnya perhatian dan hiperaktif. Orang dengan tipe gabungan ADHD mungkin tidak dapat duduk diam tanpa gelisah dan umumnya perhatian mereka sangat mudah teralihkan.
Gejala Tipe Kombinasi
Kisaran dan intensitas gejala dalam kombinasi ADHD dapat bervariasi dari orang ke orang. Satu orang mungkin mengalami kegelisahan yang ekstrim dan kebutuhan untuk bergerak. Yang lain mungkin tidak dapat bergiliran tanpa memotong antrian tetapi mungkin tidak memiliki masalah dengan kegelisahan.
Penting untuk dicatat bahwa beberapa kondisi dapat menyerupai ADHD seperti gangguan belajar, gangguan mood, kecemasan, penggunaan zat, cedera kepala, kondisi tiroid, dan penggunaan beberapa obat seperti steroid (Austerman, 2015).
ADHD juga dapat terjadi secara bersamaan dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti gangguan perilaku oppositional-defiant disorder (ODD), gangguan kecemasan, dan gangguan pembelajaran (Austerman, 2015). Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi psikiatri yang komprehensif.
Tidak ada tes darah khusus atau pemeriksaan pencitraan rutin yang digunakan untuk mendiagnosis ADHD. Kadang-kadang, pasien mungkin dirujuk untuk tes psikologis tambahan (seperti tes neuropsikologi atau psikoedukasi) atau menjalani tes berbasis komputer untuk menilai tingkat keparahan gejala.***
Penulis : Carrera Zenitha Niqi
Referensi :
Comments 1