Meskipun IUD efektif mencegah kehamilan, sebagian wanita lebih memilih metode kontrasepsi lainnya. Mereka khawatir sebab efek sampingnya yang cukup mengganggu, yaitu mempengaruhi siklus menstruasi.
Lalu, benarkah IUD menimbulkan masalah pada siklus haid dan intensitasnya? Simak selengkapnya dalam artikel kali ini.
Mengenal IUD
Intrauterine device (IUD) merupakan salah satu bentuk alat kontrasepsi berbentuk seperti huruf T dengan ukuran 3 hingga 4 cm. Di Indonesia, alat ini dikenal dengan nama KB spiral. Pemasangan alat kontrasepsi ini hanya bisa dilakukan oleh dokter karena harus diletakkan di dalam rahim.
Berdasarkan jenisnya, KB spiral dibagi menjadi dua.
1. IUD hormonal
Cara kerja KB spiral jenis hormonal yaitu dengan mengeluarkan hormon progestin yang berfungsi membuat cairan di leher rahim menjadi kental. Sehingga, sperma akan kesulitan untuk masuk ke rahim dan meminimalisir terjadinya pembuahan.
2. IUD non-hormonal
Jenis IUD ini terbuat dari lilitan tembaga dan berperan mencegah sperma untuk bertemu dengan sel telur. Zat yang terkandung dalam tembaga akan menimbulkan reaksi peradangan yang membuat sperma tidak bisa bertahan lama di dalam vagina.
Perlu diingat bahwa KB spiral hanya bisa mencegah terjadinya kehamilan. Risiko penyakit menular seksual masih ada, sehingga penting bagi pasangan untuk memakai kondom saat berhubungan seksual.
Efek samping penggunaan IUD
Salah satu efek samping dari penggunaan KB spiral adalah gangguan siklus menstruasi.
Penggunaan IUD non-hormonal akan membuat perut kram ketika haid. Tak hanya itu, darah yang keluar saat menstruasi menjadi lebih banyak dari biasanya, sehingga durasi menstruasi lebih panjang.
Lebih lanjut, penggunaan KB spiral dari bahan tembaga juga akan membuat wanita sering mengalami flek kecokelatan d antara siklus menstruasi. Namun, tidak perlu risau dengan masalah ini.
Menurut dr. Ardiansjah Dara Sjahrudin di akun Twitternya, hal ini tergolong wajar. Sebab, rahim membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan benda asing tersebut. Lebih-lebih jika menggunakan IUD non-hormonal yang terbuat dari tembaga.
Lain halnya dengan efek yang ditimbulkan dari KB spiral hormonal. Meskipun siklus haid menjadi lebih cepat dan ringan, kamu tetap mengalami berbagai gejala PMS. Diantaranya adalah nyeri pada payudara, sakit kepala, mual, dan muncul jerawat di wajah.
Baca Juga: Benarkah Penggunaan Antiperspiran Setiap Hari Menyebabkan Kanker Payudara?
Manfaat penggunaan IUD
Beberapa kelebihan dari pemakaian KB spiral diantaranya adalah:
1. Dapat digunakan jangka panjang
IUD bisa bertahan bertahun-tahun setelah dipasang tergantung pada jenisnya. Untuk jenis yang hormonal, biasanya akan bertahan selama 3 hingga 6 tahun. Sedangkan KB spiral yang terbuat dari tembaga bisa bertahan hingga 10 tahun lamanya.
2. Efektif mencegah pembuahan
Dibandingkan jenis alat kontrasepsi lainnya, KB spiral diklaim 99% efektif mencegah terjadinya kehamilan.
3. Tidak bersifat permanen
Tidak seperti tubektomi yang sifatnya permanen, IUD bisa dilepas dan dipasang. Kamu hanya perlu berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan prosedur ini. Jika alat kontrasepsi sudah dilepas, maka siklus menstruasi akan kembali seperti normal.
4. Mencegah risiko kanker
Beberapa riset menunjukkan bahwa penggunaan IUD bisa menurunkan risiko kanker serviks, endometrium, dan ovarium hingga 30%.
5. Tidak terbatas usia
KB spiral merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang bisa digunakan wanita segala usia, mulai dari usia remaja bahkan hingga lansia.
Memilih alat kontrasepsi yang tepat
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai jenis KB yang tepat, karena IUD tidak bisa digunakan untuk semua orang. Beberapa wanita yang mengalami masalah berikut tidak direkomendasikan untuk memakai KB spiral
- Memiliki infeksi menular seksual
- Mengalami radang pada pelvis
- Sedang hamil
- Kondisi rahim yang bermasalah
Jadi, apakah kamu sudah siap untuk memasang IUD?***
Baca Juga:
- Mengenal Kanker Serviks: Gejala, dan Faktor Penyebabnya
- 7 Cara Jaga Kesehatan Seksual, Salah Satunya Periksa Secara Rutin
- Hubungan Seks saat Menstruasi: Dampak dan Risikonya
Penulis: Habibah
Editor: Niqi Carrera
Referensi: