Secara singkat, depresi digambarkan sebagai gangguan suasana hati yang meliputi kesedihan mendalam, hilangnya motivasi hidup, kesulitan berkonsentrasi dan mudah merasa lelah.
Sayangnya, banyak label negatif terkait gangguan psikologis ini yang beredar di masyarakat. Hal tersebut membuat penderitanya kesulitan untuk mencari bantuan karena merasa dipermalukan.
Dikutip dari laman Choose Mental Health, berikut adalah mitos dan fakta tentang depresi yang harus kamu ketahui untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Mitos 1: Depresi bukan masalah yang serius
Depresi bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. Data dari WHO menunjukkan bahwa gangguan suasana ini mempengaruhi hampir 5% penduduk usia dewasa di dunia.
Gangguan psikologis ini dapat memicu masalah-masalah lainnya, seperti penyalahgunaan obat-obatan, perubahan relasi dengan orang lain, bahkan upaya untuk melakukan bunuh diri.
Meskipun tidak semua penderita memiliki niat untuk mengakhiri hidup, namun bunuh diri merupakan salah satu faktor kematian terbesar bagi penduduk di usia produktif setiap tahunnya.
Mitos 2: Gejala depresi adalah sesuatu yang dibuat-buat
Selain merasa hampa dan sedih, orang yang menderita depresi juga mengalami berbagai keluhan fisik dan perubahan perilaku yang bisa dilihat orang lain.
Gejala fisik yang sering menyertai gangguan ini yaitu sakit kepala, nyeri pada beberapa bagian tubuh, ketegangan otot, dan kelelahan.
Perubahan perilaku pada orang yang mengalami masalah ini berupa kegelisahan, sulit tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang drastis, serta penurunan gairah seks.
Mitos 3: Wanita lebih mudah mengalami depresi
Meskipun sebagian besar penderita gangguan ini didominasi oleh wanita, pria juga memiliki kemungkinan yang sama. Bahkan, jumlah pria yang melakukan bunuh diri akibat mengalami depresi lebih banyak 4 kali lipat dibandingkan wanita.
Hal ini disebabkan oleh adanya stigma di masyarakat yang menganggap pria harus selalu kuat dan tidak boleh membicarakan masalah yang mereka alami, sehingga pria lebih banyak memendam emosinya.
Mitos 4: Hanya orang dewasa yang mengalami depresi
Depresi tidak memandang usia, bahkan pada beberapa kasus kerap dijumpai anak kecil yang mengalami gangguan psikologis serupa.
Salah satu gejala gangguan psikologis ini yang mudah untuk dikenali pada anak adalah kesulitan berkonsentrasi atau berteman di sekolah.
Mitos 5: Gejala yang dialami orang dengan depresi semuanya sama
Respon tubuh yang berbeda bisa membuat dua orang yang mengalami gangguan serupa menunjukkan gejala yang berbeda.
Ada yang mengalami depresi namun masih bisa beraktivitas seperti biasa, namun ada juga mereka yang bahkan tidak bisa bangkit dari tempat tidur karena masalah tersebut.
Perlu diingat bahwa ini bukan berarti bahwa orang tersebut lebih kuat atau lemah, melainkan sebagai gambaran bahwa ada berbagai faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk mengatasi stressor yang dialami.
Mitos 6: Obat antidepresan bisa menimbulkan ketergantungan
Orang yang menderita gangguan psikologis ini harus rutin mengonsumsi obat untuk meminimalisir efek dari gangguan tersebut, namun obat antidepresan tidak menimbulkan ketergantungan.
Sebagian dokter meresepkan obat antidepresan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Mereka juga akan mengurangi dosisnya apabila keluhan yang dialami sudah bisa ditangani dengan lebih baik.
Mitos 7: Depresi menandakan lemahnya keimanan seseorang
Gangguan jiwa, termasuk depresi, bukanlah indikator yang bisa menentukan kadar keimanan atau seberapa bersyukur seseorang dengan kehidupannya.
Dilansir dari ANTARA News, psikiater dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ menyatakan bahwa ibadah dan doa bisa meredakan stress, namun untuk menangani masalah yang lebih serius seperti kita tetap memerlukan bantuan ahli agar bisa pulih dan beraktivitas sebagaimana mestinya.
Mitos 8: Perasaan sedih bisa disebut sebagai depresi
Tidak semua kesedihan bisa dikategorikan sebagai depresi. Ada beberapa cara untuk membedakan antara keduanya, di antaranya:
Lamanya perasaan tersebut menetap
Rasa sedih yang dirasakan akibat suatu kejadian (misal kehilangan orang terdekat) umumnya berangsur-angsur menghilang dalam waktu beberapa minggu maupun bulan.
Sedangkan depresi bisa bertahan selama lebih dari satu tahun tanpa penyebab kesedihan yang pasti.
Adanya gejala lain yang mengiringi
Lain halnya dengan orang yang berduka, penderita depresi tidak hanya merasakan kesedihan.
Beberapa mengalami kekosongan hidup, putus asa, cemas, lelah, tidak termotivasi, dan kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang dulunya mereka senangi.
Resolusi dari perasaan sedih
Orang yang mengalami kesedihan bisa bangkit dan menjalani aktivitas seperti biasa dengan dukungan.
Orang yang mengalami depresi harus membutuhkan bantuan ahli agar bisa menjalani kehidupan secara normal. Gabungan dari terapi, konsumsi obat, dan dukungan dari orang-orang terdekat menjadi salah satu hal yang bisa membantu seseorang untuk pulih.***
Penulis: Habibah
Editor: Alvi Aulia Shofyani
Referensi:
https://choosementalhealth.org/depression-16-facts-and-myths/
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/depressio
https://www.antaranews.com/berita/3179105/psikiater-gangguan-jiwa-bukan-tanda-lemah-iman
Comments 2